Jumat, 27 April 2012

THIS IS LOVE ?


   Menuliskan kisah cinta itu tidak mudah. Pasalnya, ini adalah rahasia pribadi. Seharusnya tidak boleh disebarluaskan begitu saja. Tapi untuk kali ini saja akan kuceritakan betapa pencarian cinta itu tidak mudah. Akan kuberikan gambaran kenyataan tentang apa yang seharusnya dinamakan ‘cinta’. Kita mungkin juga masih mencari tahu dan berusaha memahami arti kata tersebut.
Dimulai waktu SD dulu, mungkin usiaku masih 8 tahun. Itulah pertama kalinya aku merasakan yang bernama ‘feeling’ dengan seseorang. Ada seorang gadis muda yang aku suka di kelas. Rasa malu untuk mengungkapkan itu ada (namanya juga anak SD, -_-). Setiap hari memendam perasaan. Pada akhirnya dia tahu, dan entah kenapa aku melupakan begitu saja setelah dia tahu. CINTA sesaat. Kalau orang tua2 bilang ini ’CINTA MONYET’. Tapi dari situlah perjalananku dimulai.
Kemudian di SMP. Beberapa kali mengalami yang namanya ’jatuh cinta’. Ada juga sih yang suka denganku (hehe^_^). Waktu itu juga aku baru mengenal yang namanya ’pacaran’.  Beberapa gadis yang masih SMP juga mulai menarik perhatianku. Terus terang aku suka mereka karena mereka cantik (menurutku). Tapi akhirnya aku sadar bahwa ini hanya nafsu.
Usia SMP masanya akil baligh. Dan sampai saat itu juga aku mulai berpikir untuk apa pacaran ? Pernah suatu hari aku bertanya pada guru agama ; ”Bu, pacaran itu boleh atau tidak ?”. Dan beliau pun menjawab sambil (sedikit) tertawa ; ”Pacaran itu boleh, tapi kamu harus tahu akan kewajibanmu dan tidak boleh ’berlebihan’ ya...” (kalau tidak salah sih,-_-). Yah, terlepas bahwa apakah pacaran itu benar atau tidak. Kurasa kita juga memiliki aturan tentang batasan dari berhubungan dengan lawan jenis. Setiap agama pun pasti memiliki aturan2 tersebut. Mungkin itu yang dimaksud oleh guru agama.
Kemudian akupun mulai mencari tahu tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan pacaran. Adakah batasan yang jelas disana ? Lalu bagaimana dengan cinta, apakah selama ini memang nafsu ? Akupun bertekad untuk tidak pacaran dengan alasan hal seperti itu tidak berguna, membuang-buang waktu, banyak pengeluaran, dan cuma sementara. Dan...mulailah aku mengenal ‘dia’.
Berawal dari dikenalkan teman, bertukar nomor handphone, hingga melalui dunia cyber. Aku mulai menyukai seseorang. Tidak secara fisik, namun perasaan. Sampai saat ini kami bahkan hanya bertemu 3 kali. Mungkin juga bertukar foto, tapi kita tidak bisa percaya begitu sajakan dengan foto ? Sebelum kami bertemu aku sudah menyukainya. Mungkin belum sampai pada tahap ‘cinta’ tapi aku punya keyakinan.
Kami kenalan waktu kelas 2 SMA. Waktu itu hanya smsan dan telepon-teleponan. Dia punya sesuatu hal menarik yang aku yakin tidak dimiliki oarang lain selain dia. Aku yakin kalau ini bisa berlanjut. Namun sebelum keyakinan itu ada, aku belum melihat seperti apa dirinya, bagaimana hati, dan pemikirannya yang sebenarnya. Apakah dia juga melihat dengan nafsu ? Aku belum mengetahuinya. Hingga keterbukaan dan kejujuran kamilah yang membuat adanya ketulusan di hati masing-masing.
Kami juga berniat untuk tidak pacaran. Namun kami juga tidak bisa  membohongi diri sendiri bahwa kami saling menyukai. Aku yakin begitu. Dan inilah pertama kalinya aku menyatakan cinta kepada seseorang. Secara terang-terangan. Meskipun aku belum mengerti betul apa arti ’cinta’.
Keyakinan itu ada kalau kita memiliki keinginan. Begitu pula aku terhadapnya. Aku menginginkannya (bukan dalam arti tidak baik), mengharapkannya menjadi pendampingku kelak. Dan aku yakinkan itu pada diriku sendiri. Aku mulai memahami apa arti dari semua ini.
CINTA yang sebenarnya hanya CINTA kita kepada TUHAN YANG MAHA ESA, tidak dapat disandingkan dengan yang lain.
Sebagaimana aku terhadapnya juga merupakan rasa suka-menyukai. Cinta kepada Tuhan tidak dapat diserahkan kepada yang lain. Tapi aku tetap memiliki keinginan untuk memilihnya.
Dalam agama, kita diajarkan untuk memilih pasangan hidup mulai dari paras/wajah, harta, tahta dan ilmu. Namun yang terutama adalah memilih bersarkan ’IBADAH’. Dan kuakui, kriteria ini tidak terdapat pada gadis yang aku pilih untuk menjadi pendamping hidupku.
Aku menyukainya karena dia unik dan berbeda dengan yang lain. Tapi kenyataan mengatakan tidak kepada diriku. Keidealismenya menjadi penghalang utama dalam proses ’memilih’ ini. Aku menghargai itu. Karena akupun ingin dia mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Dan inilah akhir dari keinginan besarku untuk memilikinya.
Aku mulai berpikir kembali. Tentang apa yang sudah kulakukan selama ini. Apa yang sudah kulakukan itu salah ? Aku tidak menemukan jawabannya. Tapi ada sebuah kalimat yang aku pahami; ”Mantan ada bukan untuk dilupakan, namun untuk diikhlaskan”.
Setelah kejadian itu, prinsip ’ketidakingin pacaranku hancur’. Secara tidak sengaja aku kini terikat dengan seorang gadis yang dulu juga aku sukai. Aku mulai membenahi diri kembali karena kini aku sudah mengerti apa arti ’CINTA’. (^_^).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar